Ada banyak definisi tentang investasi, namun dapat ditarik sebuah benang merah bahwa Investasi adalah melakukan sebuah pembelian asset dengan harapan bahwa asset ini akan naik nilainya di masa yang akan datang sehingga selisih dari nilai penjualan dan pembeliannya merupakan keuntungan bagi si pembeli asset tersebut.
Misalnya Mr. X melakukan investasi dengan membeli saham PT XYZ hari ini, dan Mr. X mengharapkan bahwa harga saham tersebut akan naik nilainya pada saat putrinya yang saat ini masih duduk di bangku SMP kelas 1 akan masuk kuliah, lima tahun yang akan datang. Dalam hal ini, Mr. X dapat dikatakan telah melakukan investasi dalam bentuk saham. Berbeda dengan Mr. Y yang membeli sebuah rumah untuk ditinggali, meskipun mungkin saja nilai property nya akan naik, tapi rumah tersebut belum tentu dapat dikategorikan sebagai sebuah investasi melainkan sebuah asset konsumtif.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan investasi, yaitu:
- Faktor resiko yang dapat diterima. Dalam investasi dikenal istilah ‘high risk high gain’ yang artinya kurang lebih adalah semakin besar potensi keuntungan yang dapat diperoleh, semakin tinggi pula resiko akan kehilangan modal.
- Jangka waktu investasi. Tidak semua investasi dapat diperlakukan secara sama, dan ini tergantung terhadap berapa lama investor merencanakan akan melakukan investasi. Semakin pendek jangka waktu investasi, maka investor harus mencari investasi yang lebih aman.
- Likuiditas. Masing-masing instrumen investasi memiliki tingkat likuiditas yang berbeda. Tingkat likuiditas berarti seberapa cepat sebuah asset dapat ditukarkan dengan uang tunai. Emas merupakan asset yang lebih likuid dibanding dengan property, misalnya.
Di pasar banyak sekali instrumen investasi yang ditawarkan. Mulai dari deposito, obligasi, ORI, SUN, saham, reksa dana, forex, index, emas, perhiasan, barang antik, dan lain-lain. Dalam memilih instrumen investasi yang tepat, maka seorang investor harus mempertimbangkan ketiga hal tersebut di atas.
Misalkan Mr. X tadi, putri nya akan masuk kuliah dalam enam bulan ke depan, dan beliau memilih investasi saham, maka hal tersebut tidak terlalu disarankan karena:
- Dari sisi resiko, resiko investasi saham tergolong tinggi. Apa yang terjadi seandainya ternyata saham PT XYZ turun drastis dalam 6 bulan ke depan? (Dengan asumsi Mr. X adalah seorang awam di bidang saham).
- Dari sisi jangka waktu, 6 bulan adalah jangka waktu yang relatif singkat untuk investasi di bidang saham untuk dapat memberi kepastian atas keuntungan sebuah investasi.
- Dari sisi likuiditas, saham seharusnya tidak ada masalah dengan asumsi saham yang dibeli adalah saham blue chip.
Dalam hal ini, mungkin investasi yang lebih cocok untuk Mr. X adalah investasi dalam bentuk deposito karena memberi kepastian dalam hal pengembalian modal.
Akan berbeda kasusnya dengan Mr. Z yang berinvestasi agar ia dapat pensiun dalam waktu 20 tahun yang akan datang. Jika Mr. Z menginvestasikan uangnya di deposito, maka ia kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan jika ia menginvestasikan uangnya di saham, misalnya.
Jadi, dalam setiap kesempatan untuk berinvestasi, kembali pikirkan mengenai ketiga hal tersebut di atas sebelum menentukan investasi yang mana yang tepat untuk Anda. Investasi yang tepat untuk Mr. X belum tentu tepat untuk Mr. Z, demikian juga investasi yang dulu pernah tepat, belum tentu tepat untuk dilakukan kembali saat ini.
Salam investasi,
Indra Hadiwidjaja CFP®
Financial Planner
@rencanakeuangan
@indrahw
pin:2712432F
hp: 081.616.424.78
Rencanakan keuanganmu sejak sekarang
Founder dari IndoGold.id. Seorang sederhana yang menyukai film dan dunia keuangan. Bidang emas telah digelutinya sedari kecil ketika membantu usaha keluarga. Tujuan mendirikan IndoGold adalah membantu masyarakat untuk membeli emas secara mudah dan praktis. Ia juga saat ini aktif sebagai seorang konsultan personal finance tersertifikasi dan dapat dihubungi melalui indra@indogold.com
Leave a Reply