Investor Shiba Inu (SHIB) layak berbangga, karena token ini masih bertahan setidaknya di 20 besar versi Coinmarketcap. Tapi, jangan pula lakukan kesalahan-kesalahan seperti berikut ini.
Di luar nilai pasar yang cukup baik itu, investor Shiba Inu masih punya alasan untuk merayakannya. Pasalnya, kripto muda ini melonjak sebesar 60.000.000 persen sepanjang tahun 2021. Shiba Inu harus diakui sebagai token yang sangat popular, didukung oleh komunitas setia yang dikenal sebagai Shib Army.
Walupun hodler-nya semakin membukit, tetapi pecintanya harus menemui kenyataan, nilainya jatuh 74 persen dari puncaknya.
Jikalah proyek kripto adalah entitas bisnis tingkat korporasi, maka ribuan kripto saat ini adalah hasil dari persaingan super ketat dan semakin sulit untuk masuk 100 besar, apalagi 20 besar berdasarkan nilai pasar. Belum lagi sejak November tahun lalu, pasar kripto memerah, termasuk ‘emaknya kripto’ sedunia, yakni Bitcoin. Dalam situasi yang mungkin serba tak pasti ini, apa yang harus dilakukan oleh investor Shiba Inu?
Ekosistem Shiba Inu, Tiga Token yang Senyawa
Shiba Inu (SHIB) adalah kripto yang bersemayam di blockchain Ethereum, sehingga ia masuk kategori token yang digunakan untuk perdagangan dan mewakili nilai pasar sebenarnya dari Shiba Inu. SHIB tak sendiri, ada token lain dalam satu ekosistem, yakni LEASH untuk imbalan staking. dan BONE sebagai token tata kelola untuk voting pengembangan.
Jika dibandingkan dengan kripto lain, Shiba Inu punya beberapa ‘produk’ yang kalau dihitung-hitung tidak terlalu istimewa, misalnya aplikasi ShibaSwap untuk menukar kripto dan Toko NFT untuk beli-jual non-fungible token. Pasalnya produk sejenis dapat ditemui di kripto lain. Namun, kripto itu tidak termasuk di nilai pasar cukup baik seperti SHIB. Di ShibaSwap juga ada fitur staking agar Anda bisa mendapatkan imbalan dalam kurun waktu tertentu.
Namun itu cukup diimbangi dengan semakin banyaknya sejumlah merchant yang menggunakan SHIB sebagai metode pembayaran. Tetapi keluaran hasilnya agak sulit diukur, ketika data volume transaksinya belum dapat ditaksir, terlebih-lebih masih menggunakan gas fee bernilai ETH yang relatif tidak murah jika dibandingkan dengan blockchain lain, misalnya Cardano ataupun Solana.
Mimpi Harga SHIB Jadi US$1
Dengan harga tertinggi sekitar Rp1 di masa lalu, untuk menjadi US$1 dolar alias setara Rp14.000 mungkin bak mimpi di siang bolong alias mustahil bisa terjadi. Mungkin agak diimbangi dengan mekanisme burning. Tetapi masih jauh juga.
Jika hari ini harga SHIB jadi US$1, maka nilai pasarnya setara dengan US$549 triliun, itu lebih besar daripada nilai pasar perusahaan seperti Apple. Sedangkan nilai pasar BTC saja saat ini, hanya US$686.449.661.331.
Penegas Harapan oleh Pengembang
Namun ada sejumlah penegas harapan itu dari para pengembang Shiba Inu, yakni jaringan pembayaran mirip blockchain, yang disebut Shibarium. Secara teknis ini adalah jaringan Layer 2 tempat transaksi kripto dijalankan, dengan tetap terhubung ke blockchain Ethereum (Layer 1).
Muaranya adalah untuk mempercepat proses transaksi termasuk menekan tingginya biaya transaksi. Bisa jadi ini adalah satu komponen besar untuk mendorong lebih tinggi.
Pun lagi Shiba Army tetap harus memantau perkembangan Shiberse, bakal calon platform metaverse yang mirip seperti Decentraland. Di sana kelak dipadukan NFT Shiboshi yang sudah tersedia sejak tahun lalu.
Artikel ini bukan sedang membela kripto Shiba Inu dan segala keunggulannya. Tidak juga mengesampingkan kripto lain yang tak kalah unggul, hanya semata-mata agar tetap waras dan eling, karena SHIB memang sangat popular di Indonesia.
Toh, di semua langkah trading dan investasi kripto, sama halnya dengan cara investasi di aset lain, yakni lakukan diversifikasi portofolio.
Ketika satu kripto kehilangan nilai-nya, maka mungkin kripto lain (mungkin) menyelamatkan, seperti BTC dan ETH yang lebih cepat bangkit.
Atau jangan pula hanya ‘main‘ di kripto, tetapi bisa ke saham atau kelas aset yang lain. Dan ingat uang panas jangan gunakan. Pakailah uang dingin, tetapi tetap bijaksana.