Banyak sekali saya menerima keluhan mengenai kartu kredit. Pak Cahyo di Bekasi sempat ngomel-ngomel selama satu jam kepada saya menceritakan bagaimana ia merasa kartu kredit sudah menghancurkan hidupnya. Bayangkan saja, ketika pekerjaannya sebagai karyawan swasta lagi mandek alias dipecat, tagihan kartu kreditnya yang biasa ia bayar tagihan minimal pun macet. Hanya dalam hitungan hari, rumahnya kedatangan tamu debt collector berbadan besar dan bertampang seram. Bener kan, kartu kredit itu bikin masalah?
TIDAK!!! Kartu kredit bukanlah sumber masalah, tapi CARA PENGGUNAANNYA lah yang merupakan sumber masalah. Hari pertama menerima kartu kredit, pak Cahyo langsung memamerkan kartu ‘sakti’ tersebut sama keluarga dan teman-teman di kantor. Setiap minggu, ia mengajak keluarga untuk belanja di mall. Kalau dulu weekend ada ‘tanggal muda’ untuk ke mall dan ‘tanggal tua’ untuk jalan-jalan di taman, maka sekarang setiap minggu adalah ‘tanggal muda’. Nikmati hidup dong, kan sudah ‘dipercaya’ oleh bank untuk menerima kredit. Saya layak untuk jalan-jalan dan belanja di mall setiap minggu, begitu batinnya.
Apalagi ketika pagu kredit nya dinaikkan. Tadinya cuma dikasih limit Rp. 2 juta. Karena pemakaiannya bagus (baca: banyak), dan pembayarannya lancar (baca: bayar minimal tapi lancar), maka bank pun dengan senang hati menaikkan limitnya menjadi Rp. 3 juta. Lalu Rp. 5 juta. Dan seterusnya hingga sekarang sudah mencapai Rp. 10 juta, padahal gaji nya cuma Rp. 4 juta. Parahnya adalah, hutangnya hampir sebesar limitnya tadi alias hampir Rp. 10 juta.
Padahal bagi sebagian orang, kartu kredit membawa kebahagiaan dalam hidup mereka. Kenapa? Karena banyak fasilitas yang bisa dipakai. Contohnya:
1. Pak Rudi menggunakan kartu kredit untuk menunda pembayaran, lumayan bisa beli barang dengan kredit, jual secara tunai, dan saat kartu kredit jatuh tempo baru dibayar. Bisnis tanpa modal!
2. Pak Anton menggunakan fasilitas kartu kredit untuk masuk airport lounge secara gratis, lumayan bisa ngopi dan makan snack gratis saat perjalanan dinas ke luar kota.
3. Bu Maya menggunakan kartu kreditnya untuk dapat diskon saat belanja. Apalagi kartu kreditnya ada fasilitas cash back untuk setiap pembelanjaan. Diskon tanpa nawar.
Tapi ketiga orang tersebut memiliki satu persamaan, yaitu mereka semua selalu membayar seluruh tagihan pada saat jatuh tempo, alias tidak ada yang hutang ke kartu kredit. Asal tahu saja, bunga kartu kredit itu luar biasa besarnya. Sebagai ilustrasi, seandainya saya punya hutang Rp. 100 juta di awal Januari dan saya bayar 10% setiap bulan, dan setiap bulan kartu kredit mengenakan bunga sebesar 3%, maka di bulan Desember saya sudah membayar sebesar Rp. 83 juta, sementara sisa hutang saya masih sebesar 45 juta. Artinya dari Rp. 83 juta yang saya bayarkan, 38 juta adalah digunakan untuk membayar bunga. Makanya bank nya senang kalau Anda bayar minimal dan mereka pasti akan menaikkan limit kartu kredit Anda.
Seperti pisau bermata dua, ia bisa digunakan untuk menjadi teman maupun menjadi lawan Anda. Pergunakan kartu kredit dengan bijak, gunakan kartu kredit sebagai pengganti uang tunai, bukan sebagai sarana untuk berhutang saat belanja. Dan bayar tagihan Anda tepat waktu, niscaya kartu kredit akan menjadi teman terbaik Anda.
Salam investasi,
Indra Hadiwidjaja CFP®
Financial Planner
@rencanakeuangan
@indrahw
pin:2712432F
Rencanakan keuanganmu sejak sekarang
Founder dari IndoGold.id. Seorang sederhana yang menyukai film dan dunia keuangan. Bidang emas telah digelutinya sedari kecil ketika membantu usaha keluarga. Tujuan mendirikan IndoGold adalah membantu masyarakat untuk membeli emas secara mudah dan praktis. Ia juga saat ini aktif sebagai seorang konsultan personal finance tersertifikasi dan dapat dihubungi melalui indra@indogold.com
Leave a Reply