Harga emas pekan lalu masih menjalani tren koreksi. Turun ke posisi terendah pada hari Kamis (16/9/2021) dari US$ 1790 per ons menjadi US$ 1750 per ons setelah rilis data ritel AS yang jauh lebih kuat.
Apakah data ritel AS menjadi satu-satunya penggerak utama harga emas pada pekan lalu? Mari simak analisis harga emas sepekan lalu dan bagaimana pergerakannya pada seminggu kedepan menurut beberapa analis.
Sentimen Harga Emas Pekan Lalu
Dapat dilihat pada grafik pergerakan harga emas diatas, setelah stabil di bawah resisten pada hari Senin (13/9/2021), pasar bereaksi pada rilis data Selasa pagi (14/9/2021) yakni Indeks Harga Konsumen bulanan AS yang mana menunjukkan inflasi harga konsumen terus melambat dari bulan sebelumnya. Hal ini mendorong harga emas spot kembali menanjak di atas US$ 1800 per ons.
Namun hal tersebut tak cukup membuat harga emas bertengger di posisi atas dalam waktu yang lama sebab dolar AS mulai menguat pada Rabu malam (15/9/2021) akibat meningkatnya kekhawatiran akan ketidakstabilan di Cina yang menyebar ke pasar Asia lainnya. Seperti diketahui, hubungan antara dolar AS dan emas sangat erat yang mana secara umum berkolerasi negatif.
Lebih lanjut, harga emas kembali ditekan dengan rilis data ritel AS pada Kamis (16/9/2021) yang melampaui ekspekstasi sehingga mendorong investor untuk lebih memilih aset yang berisiko, yakni saham ketimbang emas.
Terkoreksinya harga emas di pekan lalu tidak hanya datang dari data ekonomi AS yang positif, sentimen lain yang mempengaruhi adalah imbal hasil Treasury Eropa yang naik.
Analisis Pergerakan Harga Emas Pekan Ini
Setelah bertubi-tubi dirundung sentimen negatif, bagaimana kabar emas di pekan ini menurut beberapa analis?
Menjelang pengumuman suku bunga The Fed pada hari Rabu nanti (22/9/2021) bisa berarti pengetatan kebijakan moneter atau dikenal dengan tapering lebih cepat daripada nanti. Hal ini dapat berdampak pada tertekannya kembali harga emas.
Senior strategi pasar RJO Futures Frank Cholly mengatakan bahwa saat ini emas berada dalam kisaran perdagangan baru dimana tren jangka pendek turun. “Kami melihat imbal hasil mulai meningkat dan dolar AS kuat. Ini memberi tekanan pada emas. Kita bisa melihat US$1.720 minggu depan. Saya tidak berpikir akan sulit untuk mengambil US$30 lagi dari pasar,” kata Cholly.
Masalah lain untuk emas saat ini adalah kurangnya minat dari pembeli baru, kata kepala strategi global TD Securities Bart Melek.
“Pedagang siap untuk menjual pada segala jenis saran bahwa kegiatan ekonomi lebih baik dari yang diharapkan karena itu membuat mereka percaya bahwa The Fed tidak akan ragu untuk memulai pengurangan,” kata Melek.
Emas juga mengabaikan penggeraknya yang biasa dan malah fokus pada data makro, kata pakar logam mulia Gainesville Coins Everett Millman.
“Emas nyaman antara US$1.700-$1.800 per ons. Kecuali kita mendapatkan data yang mengejutkan, saya tidak berharap logam mulia memiliki ayunan yang kuat atau lain cara,” kata Millman kepada Kitco News. “Level US$1.740 adalah support, dan resistance berada di US$1.770-US$1.800.”
Fokusnya saat ini adalah pernyataan The Fed pada hari Rabu dimana The Fed telah menetapkan dasar serta rencana tapering akan segera terjadi. Disamping itu, The Fed akan merilis perkiraan ekonomi terbaru dan dot plot.
“Jika The Fed tidak melakukan apa-apa pada hari Rabu tetapi memberi sinyal bahwa ia memiliki rencana dan akan melakukan sesuatu pada bulan Desember, itu akan sedikit baik untuk emas. Pasar emas memang ingin melihat suku bunga tetap rendah,” tambah Millman.
Sumber: Goldprice.org, Kitco.com
Disclaimer Risk and Disclaimer
Setiap keputusan investasi haruslah merupakan keputusan individu, sehingga tanggung jawabnya ada pada masing-masing individu yang membuat keputusan investasi tersebut. IndoGold.id tidak bertanggung jawab atas segala keputusan investasi yang akan di ambil.