Meroketnya harga emas saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot di masa pandemi Covid-19 memunculkan pertanyaan. Apakah emas masih bisa menjadi instrumen investasi yang menarik di masa depan?
Dalam Instagram Live antara Lifepal dan Indogold, Perencana Keuangan sekaligus Financial Educator dari Lifepal, Aulia Akbar, CFP®, mengatakan bahwa investasi emas memang masih cukup menarik sebagai instrumen jangka panjang.
Hal itu disebabkan sifat emas yang merupakan aset safe haven, dan kenaikan nilainya yang bisa mengalahkan inflasi.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus Anda ketahui sebelum memulai berinvestasi emas.
Ketika indeks saham, emas berpotensi naik
Tahun 2008 dapat dikatakan masa kejayaan dari emas sebagai salah satu instrumen investasi. Kasus subprime mortgage di Amerika Serikat yang memicu krisis keuangan global membuat IHSG amblas.
Di masa itulah, sebagai instrumen investasi rendah risiko, emas justru mengalami kenaikan yang cukup stabil. Sepanjang periode September hingga Oktober 2008 di mana IHSG mengalami koreksi tajam sementara harga emas justru naik.
Hal serupa juga terjadi pada Agustus 2011 pada saat harga emas rata-rata naik 22% sekaligus menandakan pertama kalinya emas menembus Rp500 ribu per gram. Sedangkan pergerakan IHSG justru -7%.
Seperti diketahui, momentum kenaikan harga emas berbarengan dengan imbas krisis Amerika Serikat dan Eropa di 2008, yang berdampak pada bertambahnya tingkat pengangguran di Yunani sebesar 18,3% di Agustus 2011.
Sementara itu, di Mei 2012, harga rata-rata emas per gram juga naik sampai 25%. Namun, IHSG minus -8%. Kenaikan harga emas ini juga masih berkaitan dengan sentimen-sentimen buruk terkait krisis ekonomi Eropa.
Harga emas cenderung menurun ketika ada sinyal perbaikan ekonomi
Meski sempat menyentuh rekor tertinggi di pertengahan masa pandemi, memasuki April 2021 harga emas cenderung menurun. Sinyal-sinyal membaiknya perekonomian membuat para investor keluar dari aset aman dan masuk ke instrumen keuangan di pasar modal.
Mari kita lihat sejarah di tahun 2009, harga rata-rata emas per gram memang sempat naik hingga ke level tertingginya yaitu Rp 350.681 per gram. Di saat yang sama, IHSG mengalami koreksi -4%.
Namun, memasuki Maret 2009, IHSG naik 12% dari bulan Februari karena investor asing kembali masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Peristiwa ini pun menjadi awal dari penurunan tren harga emas.
Terhitung sejak Maret hingga September 2009, IHSG yang sebelumnya ada di level 1.435 naik ke level 2.467,5 atau tumbuh 71%.
Sementara itu, harga rata-rata emas yang di Bulan Maret sempat menembus Rp352.432, turun menjadi Rp316.335 atau -10% di bulan September 2009.
Beli emas dan saham bisa melindungi nilai aset
Kenaikan harga emas, instrumen investasi yang sifatnya adalah safe haven cenderung mengalami kenaikan harga pada saat resesi atau krisis ekonomi muncul.
Sementara itu, IHSG justru sebaliknya lantaran IHSG menandakan sebuah optimisme terhadap pasar.
Namun, seperti apa keuntungan yang bisa Anda rasakan jika berinvestasi dengan membeli dua instrumen ini?
Grafik di atas menunjukkan hasil perolehan imbal hasil seseorang yang berinvestasi dengan membeli emas saja (warna kuning), saham saja dengan asumsi pergerakan harga saham yang dia miliki mengikuti IHSG (warna biru), dan membagi modal investasinya 50% ke saham dan 50% ke emas (warna merah) dari tahun 2008 hingga Maret 2020.
Lewat contoh kasus di atas, baik emas atau saham sanggup memberikan keuntungan yang signifikan dalam jangka waktu panjang.
Namun, jelas sekali bahwa emas menjadi pemenang karena pandemi Covid-19 sukses membuat harga emas melambung 19% dari Februari ke Maret 2020, serta membuat IHSG amblas -19%.
Terlihat jelas bahwa diversifikasi investasi dengan membeli emas dan saham bisa menciptakan perlindungan volatilitas. Kombinasi dari kedua instrumen investasi ini jelas bisa meminimalisir risiko yang Anda hadapi.
Jangan jadikan emas untuk investasi jangka pendek
Satu hal yang patut diketahui seputar investasi emas adalah spreads (selisih harga jual dan harga beli).
Menggunakan emas untuk investasi jangka pendek (1 – 3 tahun) bukanlah keputusan yang bijak lantaran fluktuasi harga emas memang cukup tinggi di jangka pendek.
Manfaatkan saja logam mulia ini untuk tujuan jangka panjang, sebut saja untuk tujuan investasi di atas lima tahun.